Sehat, Nikmatnya Tak Tergantikan Kata Ridho Penyandang Difabel .. Hayoo, siapa yang mau sakit? Nda ada yang mau kan..
Kesehatan itu sangatlah berharga untuk kita semua, dengan
sehat kita bisa melakukan aktivitas seperti apa yang kita inginkan. Coba saja kalau
kita sedang sakit, tentu banyak aktivitas kita yang akan tertinggal bahkan
terbengkalai kan. Yang sakit gigi aja, dengar suara berisik dikit marah-marah, begitu
juga ketika sahabat lagi flu nafsu makan jadi berkurang. Betul kan??
Berbicara soal sehat, mungkin memang benar kata pepatah yang
mengatakan bahwa “Sehat itu sangat mahal” kok bisa?? Teringat kejadian tempo
hari ketika di tempat kerja.
Dari kejauhan seorang bapak-bapak sudah tersenyum lebar melihat saya yang sudah siap menyambut kedatangannya. Seperti biasa bapak itu selalu berkata, "Biasa nak, nebus obat buat ibu." Saya hanya membalas senyum, tanpa banyak basa basi segera saja menyiapkan obat yang beliau maksut. Ketika saya serahkah obatnya dan mulai menjumlah nominal yang harus dibayar, si Bapak hanya senyum dan berkata, "Alah nak…, bapak sudah hafal, 500rb kan jumlahnya… Ini dihitung dulu" Ahh…, senyum itu menyimpan banyak perjuangan . Sampai sekarang ucapan Si Bapak masih teringat jelas.
“ uang segitu itu bisa di cari nak, apalagi demi kesembuhan Ibu (Istrinya) , Bapak rela kerja siang malam tanpa istirahat demi kesembuhan Ibu.Apapun akan Bapak lakukan. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah membaik karena usaha Ibu yang ingin sembuh. Bukan hanya dorongan obat tapi juga karena kasih sayang keluarga “
Jadi berfikir lagi, jika harga obat itu tak tanggung-tanggung
mencapai 500rb sekali tebus dan hanya untuk jangka waktu 1minggu saja. Berapa harga
untuk 1 bulannya?? 6bulan ke depan.?? Karena pengobatan itu berlanjut sampai 1tahun.
Dari sana saya jadi membenarkan pepatah di atas.
Kita yang sehat, kenapa harus mengabaikan kesehatan kita? Bahkan
melakukan hal-hal yang bisa membahayakan diri kita sendiri. Hentikan iya mulai
sekarang.
![]() |
Ridho Penyandang Difabel |
Disaat teman-temannya pergi bersekolah dengan mengayuh sepeda, dia hanya bisa berjalan kaki selama 2jam untuk sampai di sekolah. Ketika Ridho berjalan menuju sekolah memang dirinya tak mengalami kesulitan, berbeda halnya ketika dirinya pulang sekolah, panasnya matahari yang tidak bersahabat menambah dirinya semakin sulit, bukan hanya tak bisa memakai sepatu,sekedar memakai sandal untuk melindungi telapak kakinya saja tidak bisa. Ridho setiap kali harus menahan rasa nyeri karena tusukan krikil maupun panasnya aspal jalan. Ditambah kakinya yang tidak berkembang secara sempurna itu.
Namun tahukah sahabat?? Semangatnya sangat luar biasa,
perjuangannya bukan hanya sampai di sana saja. Ketika pulang sekolah dia juga
bekerja pada salah satu industri pembuatan “shuttlecock full” . dengan
keterbatasannya dia masih mampu bekerja, dan menjadi satu-satunya pekerja termuda
disana. Tugas dia disana adalah
merapikan bulu-bulu yang akan di proses menjadi shuttlecock full. Baru itu yang
bisa dilakukan karena keterbatasan kedua tangannya. Dia melakukan hal itu jua
untuk membantu neneknya yang kini telah berumur 70tahunan. Bapaknya meninggalkan
dia ketika berumur 2 bulan, dan Ibunya kini bekerja di Jakarta. Betapa tegarnya
anak itu tetap kuat walaupun dengan keadaan yang demikian. Seorang Ridho yang difabel saja mampu
melakukan apa yang dilakukan kita yang normal, kenapa justru kita yang normal
malah enggan melakukan banyak hal?? Hal ini membuat saya sendiri jadi
teriris-iris betapa tidak bersyukurnya saya.
Sahabat, lakukanlah hal-hal yang istemewa sebagai wujud
syukur kita atas kesempurnaan yang kita miliki saat ini. Belum tentu,
kesempurnaan yang kita dapatkan kali ini bisa didapatkan orang lain. Ingatlah Ridho,
atau Ridho-ridho yang lain dengan ketidak kesempurnaanya mereka tetap tegar dan
kuat disaat kita mulai menyerah dengan keadaan. ^_^
Jangan lupa share dan beri masukan ya ^_^ Terima Kasih ^_^
Jangan lupa share dan beri masukan ya ^_^ Terima Kasih ^_^
Tambahkan Komentar