-->

Halo !!! Saya Tatik Hartanti, ini adalah blog tentang Catatan Kecil Saya

Karena Olga, Jadi Ada Rindu!

Berita meninggalnya Olga Syahputra begitu memilukan hati orang terdekatnya, bukan hanya keluarga tercinta, namun juga para penggemarnya. Begitu banyak cerita yang memang membuat orang akan selalu mengingat segala kenangannya sampai kapanpun.

Kesedihan keluarga dan para penggemarnya pun saya rasakan, kehilangan akan seseorang yang teramat dekat dengan kita memanglah pukulan yang teramat dalam. Jujur saja, ketika melihat televisi dari pagi yang dibahas adalah meninggalnya sang comedian indonesia, terkadang sesekali air mata saya pun terjatuh tanpa bisa mengeremnya, bulu kuduk pun berdiri.

Air mata yang keluar bukan semata-mata untuk mengenang kepergiannya olga, tapi lebih ke teringatnya saya akan almarhum ayahanda tercinta. Setiap kali mendengar kabar duka, membuat saya selalu teringat akan kepergian ayah, yang meninggalkan saya dan keluarga begitu cepatnya.



Ayah tidak sakit, bahkan sehari sebelumnya beliau masih di sawah tempatnya pencari nafkah untuk kami semua, inilah yang terkadang membuat saya merasa sangat kehilangan. Kepergiannya yang terlalu cepat untuk saya.

Satu hal yang selalu menjadi penyesalan untuk saya sampai saat ini, sehari sebelum ayah meninggal.

Hari itu adalah hari libur, saya selalu bermain ke tempat sahabat untuk mengisi liburan, iya… karena kami bertiga suka memasak, kami membuat sebuah masakan yang sederhana. Matahari mulai berada pas ditengah-tengah langit itu tandanya hari mulai siang.

Dari dulu, memang ayah mengajarkan ke saya ketika waktu dzuhur, dan menjelang magribh harus berada di rumah, alasannya kenapa saya tak pernah bertanya, karena apa yang diucapkan ayah saya banyak nurutnya. Jika sampai jam 5 sore belum ada di rumah, ayah tak segan untuk memarahi, iya disiplin yang begitu mendatangkan manfaat untuk saya.

Beberapa menit sebelum ayah pulang dari sawah, saya sudah berada di rumah. Benar saja, dari kejauhan terlihat jelas ayah sedang mengayuh sepeda tuanya dan akan menyebrangi jalan. Ahh.. ayah begitu setiamu dengan sepeda itu.

Setelah makan siang, saya melihat ayah sedang memotong rambut keponakan yang paling ganteng saat itu. Melihat peluang yang seperti itu, saya kembali lagi ke rumah sahabat.

Sorenya saya pulang, mendapati rumah penuh dengan kerabat dekat, terlihat ayah tergulai lemas di atas ranjang. Bertanya-tanyalah, ada apa ini? Kenapa dengan ayah?. Mendengarkan penjelasan mamah dengan nada tinggi yang membuat saya menahan air mata, ternyata ayah tadi merasa pusing saat memotong rambut, dan dia terjatuh. Sempat memanggil saya untuk meminta bantuan, tapi saya tidak mendengar karena berlari terlalu kencang menuju rumah sahabat.

Ahh… saat itu juga air mata tak terbendung, saya pun menangis dan segera meminta maaf pada ayah. Penyesalan itu, tak akan mungkin bisa hilang mungkin sampai kapanpun. Saya amat menyesal… maaf.. maaf dan beribu maaf ayah

Pagi harinya kesehatan ayah turun drastis. Inilah saat-saat yang membuat saya sangat jatuh sejatuhnya. Pikiran saya pun melayang-layang, bagaimana nanti dengan kehidupan saya ke depan, ayah kami masih sangat membutuhkanmu. Tapi, Allah berkehendak lain, iya.. saat itulah hari terakhir bersama beliau, setelahnya hanya tinggal kenangan dengan sejuta penghargaan untuk ayah.

Ayah adalah orang terhebat, orang terdekat, dan tempat saya untuk mencurahkan hati. Beliaulah tempat saya bersandar.. ohh ayah lagi-lagi Tha merindukanmu.. sangat rindu.. peluk dekap ayah selalu kunantikan…

Ayah, Tha merindukanmu :( . Doa terbaik untuk ayah, di tempatkan di singgasana surga terindahnya Allah.

Maaf sahabat, bukannya ingin membagikan sesuatu hal yang mungkin tidak ada mafaatnya untuk orang lain. Tapi ini hanyalah sebagai pengingat saya di kemudian hari, akan rasa cinta untuk ayah terhebat.

Untuk sahabat, yang masih mempunyai orang tua lengkap jagalah mereka sekuat dan semampu kalian iya. Mereka punya cinta kasih yang berbeda, jika diibaratkan ketika seorang ibu diminta menulis tentang sosok anak mungkin habis berlembar-lembar kertas. Berbeda dengan ayah, beliau hanya mampu menulis satu sampai dua lembar saja. Tapi cinta kasihnya tak akan terukur oleh apapun.
.